Director : Woody Allen
Writer : Woody Allen
And here they are, the cast :
About
Yeah, sementara menunggu Blue Jasmine (yang konon Cate Blanchett menjadi frontrunner dari Oscars tahun depan) sekaligus Magic in Moonlight (karena ada Emma Stone) yang sedang mengalami post-production dan juga dijadwalkan tahun depan, I finally decide to watch this !!
Woody Allen, sutradara sukses, penulis sukses sekaligus seorang aktor yang sukses. Siapa yang berani mempertanyakan bakatnya di dunia film ? Seorang yang mempunyai begitu banyak peran di film tanpa kehilangan produktivitasnya, tidak heran jika hampir setiap tahun ia pasti menelurkan satu buah film. Salah satunya adalah Hannah and Her Sisters, sebuah film Woody Allen di era 1980an yang mengantarkan Michael Caine sekaligus Diane West sebagai pemeran pendukung terbaik di ajang Oscars.
Hannah and Her Sisters bercerita tentang tiga orang saudari yang menjalani kehidupan mereka bersama keluarga, karir dan tentu saja kehidupan cinta mereka. Hannah (Mia Farrow) adalah sosok saudara perempuan yang “nyaris” sempurna. Walaupun ia berceria dengan Mickey (Woody Allen) karena tidak bisa memiliki keturunan, ia sekarang mempunyai keluarga bahagia bersama Elliot (Michael Caine). Sementara kebahagiaan tersebut terancam karena Elliot ternyata diam-diam menaruh perhatian kepada Lee (Barbara Hershey) yang tidak lain adalah saudara dari Hannah sendiri. Kehidupan saudara perempuan yang lain juga tidak luput dari perhatian, Holly (Dianne West) adalah actress-wanna be yang telah ditolak berbagai audisi dan memiliki kecanduan terhadap obat terlarang. Sementara Micky, mantan suami Hannah, kini sedang menghadapi fase krisis setelah paranoid yang barus saja ia alami.
Sounds messed up ? Yeah, maybe, but it’s Woody Allen so don’t worry.
With a lot of stories and interesting characters, but it’s so enganging and all shines in all their own stories.
Komedi romantis Woody Allen, sepengetahuan beberapa film yang telah ditonton, memang tidak pernah menyajikan cerita yang generic dan biasa. Biasanya cerita cinta ini juga dibarengi dengan interpretasi ataupun definisi baru tentang cinta yang lebih thoughtful. Begitu juga dengan Hannah and Her Sisters. Dari awal film, film ini sudah mencekoki penonton dengan berbagai karakter dengan problem dan masalah mereka masing-masing. Mungkin untuk pertama kali moment menonton, film ini agak sedikit cepat dalam segi penceritaan ditambah dengan dialog-dialog para pemainnya yang sepertinya sudah tidak lagi menghapal script. Namun, jangan khawatir, semakin kita akrab dengan karakter-karakter yang disajikan, semakin kita juga menikmati film ini.
Film ini berisi tentang berbagai cerita antar karakter yang saling berhubungan antara lain Hannah dengan suaminya, Elliot dengan adik Hannah, Lee dengan pacarnya, Holly dengan karirnya, Mickey dengan paranoidnya, dan juga yang paling penting adalah interaksi antara Hannah, Lee dan juga Holly sebagai kakak beradik. Semua interaksi tersebut sepertinya dibagi rata (walaupun memang sepertinya cerita antara Elliot dan juga Lee sedikit mendominasi) namun tidak menutupi satu sama lain, dan tetap menjadi satu keseluruhan film, bukan bagian yang terpisah-pisah. Setiap ceritanya diisi dengan karakter yang menarik namun tetap alami dan tidak terasa dibuat-buat, termasuk karakter Woody Allen yang mungkin bisa dikatakan karakter yang paling ekstrem sebagai seorang paranoid yang sedang melakukan pemeriksaan kesehatan dan setelah itu mempertanyakan hidupnya yang cenderung “meaningless”. Cerita Mickey ini merupakan cerita yang paling lucu disertai dengan narasi Woody Allen yang ekspresif.
Apa yang menarik dari Hannah and Her Sisters ? Bahwa perilaku dan jalan cerita yang akan dijalani para pemainnya sepertinya tidak mudah ditebak, namun juga tidak keluar dari akal sehat. Yah, itulah kehebatan Woody Allen, dalam melakukan twist setiap adegan yang terkesan biasa menjadi sebuah cerita yang lebih thoughtful sekaligus menarik, disertai dengan dialog-dialog yang sharp, hampir di setiap scene-nya.
Setiap karakter tidak pernah jalan di tempat di setiap scene-nya, setiap karakter ini selalu melakukan pengembangan yang membuat film ini terasa kaya akan karakter (walaupun mungkin, di title role-nya, karakter Hannah terlihat lebih “kurang aktif” dibandingkan dengan karakter lain yang menggebu-gebu dalam mencari perubahan dalam kehidupannya). Setiap karakter ini akan dites pada suatu masalah sehingga mereka tertantang untuk menghadapinya seperti bagaimana karakter Hannah yang bisa dikatakan “disgustingly perfect” dipertanyakan oleh kedua saudarinya ? Atau bagaimana reaksi Mickey seperti melihat “sesuatu yang lain” ketika ia didiagnosis tidak mengidap apa-apa ? Atau bagaimana Elliot bereaksi ketika ia mendapatkan wanita pujaannya ? Semuannya sepertinya mendapatkan resolusi masalah yang di luar dugaan dan ini semua tidak terlepas dari kepandaian Woody Allen dalam mengolah sebuah naskah.
Pertama melihat premise-nya. Yah, I gotta say. Yuck ! Perselingkuhan dengan adik ipar sendiri. Yuck (again). Namun, sebuah kejutan lagi, saking entertaining-nya film ini atau juga bagaimana Woody Allen mengolah film ini, sebuah cerita yang mungkin bisa dikatakan “naughty” namun tidak terkesan “nasty” ataupun “trashy”. Jalan cerita cinta tetap terasa elegan, bahkan beberapa mendapatkan sentuhan yang begitu klasik.
Who has the best performance ?
I gotta say, all shines, but if I have to choose, I gotta say, yeah it’s Woody Allen as Mickey. Caine memang memberikan beberapa moment menyentuh, begitu juga West yang selayaknya karakter “dinamit” di film. Namun, Woody Allen sebagai Mickey merupakan karakter yang unik dan menarik (this is my first time watching him as an actor). Dibandingkan dengan karakter yang lain, karakter ini merupakan karakter paling moving sekaligus entertaining, yang disertai (sekali lagi) heavy breath narration of Woody Allen himself. Karakter ini berhasil menggabungkan antara paranoid, self assesment tanpa kehilangan sisi humoris dan atraktif dari seorang Woody Allen.
Intinya, Hannah and Her Sisters adalah tontonan menghibur yang kaya akan karakter yang menarik sekaligus memberikan gambaran bagaimana karakter ini mampu bereaksi dengan interaksi dan dialog satu sama lain, secara cerdas.
Trivia
Film ini terinspirasi setelah Woody Allen membaca kembali Anna Karenina.
Quote
Mickey: How could I ruin myself?
Hannah: I don’t know. Excessive masturbation?
Mickey: You gonna start knockin’ my hobbies? ( I know, I know, alot of excellent quotes in this movie, but this one is just LOL)