Steve Carell

Annual List (2014) : Best Performances and Best Pictures

2014 memang sudah berakhir satu, hampir dua bulan yang lalu. Dan, dengan semangat menonton satu demi satu film, akhirnya berikut inilah sepuluh film terbaik, dengan lima penampil terbaik di masing-masing kategori, dan ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Trust me ! Menyortir film dengan banyak treatment yang berbeda mulai dari film yang mulai kabur karena ditonton awal tahun, film yang masih terlihat bagus karena baru saja ditonton, film yang mulai menaikkan impresi dengan multiple viewing, dan juga sebaliknya, sampai pendapat yang terkadang harus diakui terpengaruh dari buzz ekternal.

(more…)

Foxcatcher (2014) : Bennett Miller’s Exponential Factor for Transformative, Complex, Horrid Story

Director : Bennett Miller

Writer : E. Max Frye, Dan Futterman

Cast : Steve Carell, Channing Tatum, Mark Ruffalo

(REVIEW) Kalimat bijak : tak ada aktor yang buruk, yang ada hanyalah aktor yang belum mendapatkan peran yang tepat (I made it up or I read it somewhere :p), mungkin itulah yang menggambarkan film Foxcatcher. Siapa yang sebelumnya percaya Channing Tatum bisa akting – our dancing boy ?!!, walau beberapa bulan ke belakang ia semakin menunjukkan range-nya sebagai aktor, kemudian siapa yang percaya Steve Carell juga bisa akting ? Komedi, mungkin, dramatis ? Nyatanya ia masih terjebak pada peran family guy-nya. Beruntungnya, mereka berdua mendapatkan kolaborator sekelas Bennett Millers, seseorang yang notabene mengantarkan Phillip Seymour Hoffman pada salah satu performa terbaiknya sebagai Truman Capote, dan seseorang yang mengantarkan Jonah Hill pada nominasi Oscar pertamanya.

Mark Schultz (Channing Tatum) – menjalani fase terberat dari seorang atlet yang pernah berjaya : terlupakan dan kurang dihargai. Ketika ia berbicara sebagai speaker di sebuah sekolah berbicara tentang etos semangatnya, hal ini sangat berbanding terbalik ketika saat itu dia hanya seseorang yang mengalungi medali, tidak lebih dari itu. Hidup kurang dari cukup, sangat terlihat Schultz memiliki kemarahan yang begitu besar dalam dirinya, termasuk saat ia melampiaskannya kepada kakak yang selalu mengerti – Dave Schultz (Mark Ruffalo) – yang juga merupakan seorang atlit gulat. Ketika Olimpiade tinggal menunggu bulan, sementara persiapan latihan belum maksimal, Mark mendapatkan telepon dari billionaire, philanthropist, philatelist, ornitologis, John DuPont (Steve Carell) yang siap menyediakan segala fasilitas untuk Mark untuk meraih mimpi kembali mimpinya, good dreams, bad dreams.

(more…)

Anchorman 2 : The Legend Continues (2013), First Class “Great Odin’s Raven” Jokes, Less Newsy Backup Story

Director : Adam McKay

Writer : Will FerrellAdam McKay

Cast : Will FerrellChristina ApplegatePaul RuddSteve CarellDavid KoechnerMeagan GoodJames MarsdenKristen WiigGreg Kinnear

“By the hymen of Olivia Newton-John ! – Ron Burgundy

(REVIEW) Komedi dari kerajaan Judd Apatow memang selalu layak untuk ditunggu, walaupun belakangan komedinya tidak terlalu sukses baik secara komersil ataupun secara kualitasnya, mulai dari The Five Year Engangement dan This is 40. Anchorman 2 : The Legend Continues merupakan sebuah sekuel yang memang layak ditunggu mengingat film pertamanya dikatakan sukses besar dan salah satu indikasi baik untuk sekuel ini, sekuel ini tidak pernah dibuat terburu-buru hanya untuk memenuhi kebutuhan komersial.

Salah satu yang membuat Anchorman pertama cukup berhasil adalah kehadiran Veronica Corningstone (Christina Applegate) yang mampu mengimbangi kekuatan komedi dari teman-teman aktor lainnya yang memang sudah diragukan lagi jiwa lawaknya. Namun, sepertinya salah satu kunci keberhasilan tersebut tidak ingin direpetisi. Yeah, memang harus ada yang dikorbankan ketika cerita harus berkembang. Salah satunya, hubungan Ron Burgundy dan Veronica Corningstone yang terpaksa mulai dibatasi untuk mengekspansi cerita baru. Corningstone dan Burgundy telah menikah dan memiliki seorang anak, keduannya juga masih bekerja sama sebagai penyiar berita hingga akhirnya bakat Corningstone tidak terbendung lagi dan membuatnya dipromosikan. Wew ! Classic problem. Naiknya Corningstone ini membuat Burgundy akhirnya dipecat dan tidak lagi menjadi newsanchor.

First 30 minutes is state of euphoria. Tiga puluh menit pertama dari sekuel ini merupakan bagian terlucu dan membuat penggemar merasa bangga memiliki sebuah komedi dengan sekuel yang menunjukkan indikasi keberhasilan. First class R rated jokes pun ditebar disepanjang 30 menit ini salah satunya lewat pengenalan kembali teman-teman Burgundy. Ketika sebuah statsiun televisi menerapkan sebuah inovasi baru yaitu 24 jam full news, Burgundy direkrut dan mengajak teman-teman lamanya, Champ Kind (David Koechner), Brick Tamland (Steve Carell) dan Brian Fantana (Paul Rudd). Whoops, dan tentu saja Baxter yang bisa dikatakan re-casting paling identik di sepanjang sejarah film (kidding). Pengenalan kembali karakter-karakter kocak ini menjadi sebuah ajang reuni menyenangkan dengan jokes-jokes cerdas, terutama jokes franchise yang dilontarkan Champ Kind tentang “chicken of the cave”, that’s just top notch.

Kredibilitas dan validitas logic yang menjadi salah satu sisi menarik di predesesor-nya pun mulai dihadirkan ketika keempat tokoh pembaca berita ini plus Baxter pun mengalami sebuah kecelakaan epic pengundang tawa, yang akhirnya mengakhiri 30 menit paruh pertama. If, it’s just for 30 minutes, I am gonna give this movie, an easy A.

Kehadiran Harrison Ford di 30 menit pertama merupakan sebuah awal mengapa Anchorman 2 memang layak dilabeli dengan star studded comedy of the year, yeah tentu saja tidak lepas dari nama kerajaan Judd Apatow yang memang telah memiliki reputasi. Jejeran pemain pendukung pun diperkenalkan di newsroom untuk menandingi Burgundy dan kawan-kawan, mulai dari Jack Lime (James Marsden) seorang newsanchor andalan yang menjadi rival utama Burgundy, Linda Jackson (Megan Good) atasan wanita ambisius kulit hitam yang sepertinya ditugaskan untuk menggantikan porsi dari Christina Applegate sebagai love interest Burgundy, Chani Lastname (Kristen Wiig) yang menjadi love interest Brick. Berbicara tentang Brick, transformasi Steve Carell dari sekedar pemain pendukung menjadi leading actor serta keberhasilan reputasi Brick di film sebelumnya sepertinya membuat karakter “bodoh” ini adalah tokoh yang paling dikembangkan, disamping Burgundy itu sendiri. Paruh kedua ini memang sedikit mengalami penurunan lucu dibandngkan awal film. Oh yeah, I almost forgot there’s appearance of Greg Kinnear as Gary, but it’s just “let’s forget it”.

News rejuvenization (rejuvenization, is that a word ?), salah satu sisi yang impressing dari Anchorman 2 adalah bagaimana film ini dengan pintar (walaupun secara asal) mengolah setting waktunya yang retro dan memperlihatkan kepada penonton perkembangan dunia berita dari yang konvensional beralih ke modern, seperti awal mulanya breaking news, sampai acara news yang dibuat kurang strick dan lebih entertaining. Jika Anchorman pendahulunya memang berkonsentrasi dengan dunia kompetisi di ruang berita antara Burgundy dan Corningstone, sekuelnya dipenuhi dengan drama-drama kurang berhubungan (dan sepertinya kurang penting) walaupun masih diselingi dengan jokes-jokes R rated yang selalu ditunggu, walaupun tingkat kelucuannya sudah menunjukkan tingkat kelelahan.

Kehadiran James Marsden, Megan Good, serta Kristen Wiig sudah cukup komikal walaupun tidak tereksplor sepenuhnya karena terbatasnya screentime semakin menambah kelemahan film ini, yeah wasted supporting actors, ditambah dengan Paul Rudd, David Koechner, dan Steve Carell yang mulai dinonaktifkan secara perlahan menambah penonton harus berkonsentrasi dengan drama dari Burgundy. Sebenarnya bukan menjadi masalah ketika cerita ini bisa memback-up ledakan scrambled jokes, namun sepertinya drama non news ini kurang bisa membuat Anchorman bercerita tentang Burgundy sebagai anchorman, bukan hanya sebagai satu individu saja.

Setelah serangkaian catastrophe tidak lucu, Anchorman 2 kembali ke bentuk awalnya. Sebuah adegan perang antar news team, yang merupakan repetisi adegan dari film selanjutnya, merupakan salah satu kejutan di film ini karena melibatkan cameo bintang-bintang Hollywood mulai dari Tina Fey, Amy Poehler, Jim Carey, Sacha Baron Cohen, Marion Cotillard, Kristen Dunst, Will Smith, Liam Neeson, dan ditutup dengan kehadiran final dari Vince Vaugh. It’s just EPIC.

Anchorman 2 : The Legend Continues merupakan sebuah sekuel yang tidak mengkhianati nature dari predecessornya, ditambah dengan jajaran pemain utama dan pendukung berbakat serta lawakan khas Burgundy yang membuat originalnya begitu menyegarkan. Hanya saja pada titik tertentu, jokes ini sudah kelelahan tidak peduli lagi sebagaimana menarik substance didalamnya, dan tanpa adanya sebuah line cerita yang cukup newsy untuk dinikmati. Tetapi secara keseluruhan Anchorman 2 bukanlah sebuah sekuel yang sepenuhnya gagal, sekuel ini lebih tepatnya sebuah selebrasi dengan banyak aneka rasa. Nice try, anchorman !

The Way Way Back (2013) : “We’ve All Been There”- Situation, The Descendants Writers’ Directorial Debut

Director : Nat FaxonJim Rash

Writer : Nat FaxonJim Rash

Cast : Liam James, Steve CarellToni ColletteAllison Janney, AnnaSophia Robb, Sam Rockwell, Maya Rudolph

About

Nat Faxon dan Jim Rash, mungkin tidak terlalu familiar ditelinga. Bahkan ketika menyebut penulis screenplay untuk film The Descendants, mungkin pikiran kita masih tertuju pada Alexander Payne yang mengangkat trophy Oscar dua tahun yang lalu, namun inilah mereka. Dua orang yang biasanya berperan sebagai aktor ini, menjadikan film ini sebagai debut sutradara mereka.

I know I have watched Steve Carell a lot, but this is the first time I really hate him. Pada Sundance 2013 yang lalu, terdapat salah satu film yang menyita perhatian, yep ini dia The Way Way Back, sebuah judul yang unik.

The Way Way Back merupakan drama komedi yang berorientasi pada kehidupan seorang remaja bernama Duncan (Liam James) yang secara terpaksa ikut sebuah liburan summer bersama Ibunya, Pam (Toni Collette) dan juga pacar Ibunya, Trent (Steve Carell), plus anak pacar Ibunya. Trent secara sengaja sedikit menekan Duncan untuk merubah kepribadiannya yang memang sedikit introvert dan pemalu. Namun, usaha ini tidak diiringi dengan sikap Trent yang konsisten, ia justru menunjuk perilaku sebaliknya. Di tengah, sifat Ibunya yang lebih menerima keadaan, Duncan akhirnya menemukan sebuah summer job di water park bernama Water Wizz, membuatnya dekat dengan pegawai disana yaitu Owen (Sam Rockwell) dan Caitlin (Maya Rudolph). Duncan menunjukkan sikap yang lebih positif saat ia bekerja sementara keadaan keluarganya semakin disfunctional.

“Another decent movie about summer and teenage problem and I love Allison Janney”

Okey dokey, masalah remaja dengan keluarganya memang selalu topik yang dibahas, karakter Duncan yang super introvert dan pendiam sebenarnya mengingatkan kita pada karakter Dwayne yang diperankan oleh Paul Dano di Little Miss Sunshine. Pendiam, dengan ekspresi datar membuat sepertinya Liam James kurang bisa membuat karakter ini tereksplor lebih dalam, namun pemilihan aktor yang tepat menimbulkan rasa empati ataupun simpati yang mendalam untuk karakter Duncan ini. Tentu saja, rasa simpati ini muncul ketika penonton juga mulai sebal dengan karakter antagonis yang diperankan oleh Steve Carell (yep, he’s not funny anymore). Walaupun terkesan biasa, namun dialog yang dilontarkan oleh karakter Trent menjadi sangat menekan.

Jika film ini tentang summer job yang merubah pribadi seseorang, sepertinya film ini menjadi terlalu panjang berkonsentrasi pada kehidupan Duncan sementara cerita summer jobnya terkesan sangat singkat dan terburu-buru dengan habisnya durasi. Untunglah ada karakter Owen yang benar-benar membuat antara karakter Duncan dan Owen ini langsung terlihat click, walaupun mereka tidak terlalu sering berbagi layar.

Performance yang mencuri perhatian dilakukan oleh karakter teman Trent, Betty yang diperankan oleh Allison Janney, dia menjelma menjadi salah satu orang tua “tercool” dalam film, setiap line yang dilontarkannya terkesan sangat natural dan cepat, it’s totally stellar. Sepertinya ia selalu keren ketika berperan sebagai orang tua, yep let’s say Juno ? or even The Help ?

Salah satu penolong film ini memang terdapat pada supporting cast-nya yang terhitung memang sudah berpengalaman, namun hebatnya lagi mereka bisa melakukan performance total lewat karakter mereka yang cenderung biasa dan real. Maksudnya, karakter disini tidak akan se-ekstrem pengarakteran yang terdapat pada Little Miss Sunshine, foul mothed grandpa, totally silent son, ambitious dad, yep semua karakter lebih berjalan alami pada film ini, yep kita mungkin menjumpai karakter ini di kehidupan sehari-hari.

Soundtrack yang dibuat easy listening membuat film ini lebih terkesan remaja, yang juga melibatkan kehidupan percintaan Duncan dengan Susanna (AnnaSophia Robb) walaupun hubungan keduannya memang tidak terlalu dipaksakan dan sedikit kurang chemistry di sepanjang film.

Film ini memberikan gambaran character development yang cukup baik, tentu saja dari sisi pemeran utama, Duncan, namun yang lebih menonjol dan intens adalah bagaimana karakter Pam yang diperankan Tony Collette harus berhadapan dengan situasi dan karakter yang “tidak akan pernah berubah” yang diperankan Steve Carell. Karakter development ini memang tidak disertai dengan “BIG ACTION” yang dilakukan para karakternya. Hal ini mungkin dikarenakan film ingin menghadirkan cerita yang tidak berlebihan, namun sisi inilah yang membuat penonton lebih merasakan hal yang sama pada cerita film, membuat film ini lebih enganging pada emosi penonton tanpa terlihat idealis dengan opini pembuat film itu sendiri. Yep, enganging tanpa harus terlihat pretentious. Untuk ukuran film indie, film ini sangat menghibur dan recommended.

Trivia

Script awal ditulis dengan nama “The Way Back” namun diganti untuk mengurangi kebingungan dengan film The Way Back (2010) yang dibintangi Colin Farell

Quote

Duncan : Stop staring you perv!

Despicable Me 2 (2013) : A Sequel of Super Bad Super Dad, More Minions and Lipstick Taseeeer !

Director : Pierre CoffinChris Renaud

Writer : Ken Daurio, Cinco Paul

Cast : Steve Carell, Kristen Wiig, Russell Brand

About

Dengan mengantongi lebih dari setengah miliar dolar America, Despicable Me pun akhirnya mendapatkan porsi “sekuel”nya. Kisah yang bercerita tentang bad guy turns out to be decent guy di film pertamanya memang sempat menjadi hit karena memberikan cerita dengan surprise tersendiri. Belum lagi kehadiran Minions sebagai supporting role yang terbukti efektif dan suara grumpy Steve Carell yang mampu menghidupkan karakter Gru.

Despicable Me 2 benar-benar menjadi film yang ditunggu dan turut meramaikan parade film summer (selain juga turut meramaikan parade film animasi yang akan dibuat sekuel, yep ! Monster University released last week). Despicable Me 2 juga masih menggandeng banyak pengisi suara yang sama dengan film sebelumnya. Bahkan, Kristen Wiig yang sebelumnya hanya memegang minor role, kini dipercaya untuk menyuarakan suara yang lebih signifikan (Iyah, Bridesmaids mengubah karirnya).

Setelah beberapa trailer teaser yang kebanyakan menghadirkan karakter kuning lucu dengan bahasa yang tidak jelas, Minions. Maka Despicable Me 2 akan dirilis minggu ini.

Despicable Me 2 bercerita tentang kehadiran super villain baru yang masih menjadi teka-teki karena ia mencuri secara terang-terangan sebuah laboratorium di kutub yang sedang mengolah serum berbahaya. Untuk menangkap sang penjahat, liga anti penjahat mengirim agen rahasia bernama Lucy (Kristen Wiig) untuk menculik Gru (Steve Carell) dan mengajaknya untuk berpartner. Di sisi lain, sisi lain Gru mulai minta diperhatikan lebih, yaitu anak-anaknya dan kehidupan asmaranya. Mampukah Gru menangkap sang super villain dengan bantuin para Minions dan Lucy ?

“Despicable Me 2 is unfocus sequel which is not GETting SMARTer and Minions show as bitter saccharine .”

Baru di awal film, Minions sudah mengundang tawa penonton dengan ulah mereka. Yep ! Minions domination ! Porsi Minions mendapatkan porsi yang lebih banyak di film ini, bahkan peran mereka juga bertambah signifikan pada storyline-nya. Di film pertama, penampilan Minions terbukti efektif dan they stole the show. Hal yang sama ingin dicapai pada sekuel ini hanya saja sepertinya Minions try too hard. Pada awal film, semua hampir tertawa dengan ulah Minions, namun karena terlalu banyak di ekspos, peran Minions ini seperti kehilangan sisi “cute-ness” mereka karena terlalu banyak tampil dengan scene yang sebenarnya tidak perlu. Sorry, Minions. Ini juga memicu pikiran jika spin off Minions, dengan judul yang sama, hanya mengandalkan kelucuan dan kekonyolan Minions diluar sebuah skrip yang benar-benar kuat, trust me, the spin off is gonna be a mess !

Image

source : www,impawards.com

Ingat dengan Vector ? Yah, karakter villain yang disuarakan Jason Segel ini juga menjadi karakter yang menarik di film sebelumnya. Di film ini, yang mengambil premise dengan kata “super villain”, hal itu malah menjadi sesuatu yang miss. Karakter villain yang dirahasiakan dari awal membuat villain kurang dapat dieksplor dan malah terkesan mengambang dan film hampir setengahnya berjalan tanpa adanya konflik dan tanpa musuh, membuat film ini terasa datar. Ketika karakter villain mulai diungkap juga merupakan sebuah kekecewaan ketika villain bukanlah tipe yang super. Bahkan, dia sangat mudah dikalahkan. Wew ! And basically, there’s no REAL problem in this movie.

Gru yang ingin mencuri bulan di film pertama menjadi visi yang ambisius dan membuat film jelas mau dibawa arahnya kemana. Lagi, dan lagi, film sekuel ini kehilangan visi yang membuat film menjadi seperti blur dan kehilangan fokus, hanya menyajikan slapstick di sana dan di sini.

Di sekuel ini juga Gru is not a bad guy, yang membuat film ini sepertinya menjadi agak tergeser dari judulnya DESPICABLE ME, Gru berubah dan membantu agen untuk menangkap penjahat pastinya akan mengingatkan kita pada film Steve Carell dan Anne Hathaway, Get Smart. Yup ! Beberapa tingkah Gru saat membantu agent, bahkan karakter villain di film ini akan mengingatkan kita pada film Get Smart.

Despicable Me 2 berusaha mengganti parental problem (yang menjadi message penting di dalam film pertama) dengan sisi romance antara Gru dengan Lucy dan Margo (anak pertama Gru) yang sedang mengalami kisah cinta pertamanya. Jatuhnya, generic ! No surprise, membuat cerita menjadi mediocre.

IT’S BIG DISAPPOINTMENT namun untuk ukuran film keluarga, dimana anak kecil pasti akan dibuat gemas dengan karakter Minions, yep ! When we’re children, fuck the plot, fuck everything, every movie is awesome.

Trivia

Javier Bardem dipertimbangkan untuk mengisi suara villain namun ternyata keluar.

Quote

Gru (to Agnes) : Never get older.

The 40 Year Old Virgin (2005) : Pressure for The Guy Who’s Never Done The Deed

Director : Judd Apatow

Writer : Judd Apatow

Cast :  Steve CarellCatherine Keener, Seth Rogen, Paul Rudd, Romany Malco, Elizabeth Banks

About

Judd Apatow, seorang sutradara, produser, juga penulis dan suami dari aktris cantik, Leslie Mann. Karirnya memang tidak jauh dengan genre film komedi dengan bintang-bintang yang selalu jadi andalan. Sebut saja Leslie Mann (tentu saja), Steve Carell, Seth Rogen, Paul Rudd, Jonah Hill, Kristen Wiig, Jason Segel, dan lain-lain. Aktor-aktor yang digandeng oleh Judd Apatow, baik dia selaku sutradara atau hanya produser, terbukti memang menjelma menjadi leading actor dan leading actress yang bisa dikatakan sukses. Salah satunya adalah aktor Steve Carell, walaupun dia kebanyakan memainkan film dengan karakter yang nyaris sama (I gotta say, he’s Jennifer Aniston in male version), tapi banyak peran utama yang telah ia mainkan. Sebut saja yang paling baru, The Incredible Burt Wondertone, atau sebagai Dodge laki-laki yang ditinggal pasangannya di Seeking A Friend for The End of The World, atau sebagai Cal Weaver laki-laki yang ditinggal pasangaannya (lagi) di komedi Crazy Stupid Love. Melihat aktor ini, kita pasti kurang akan mengingat peran kecilnya di komedi Anchorman atau Bruce Almighty.

Film The 40 Year Old Virgin inilah yang menjadi milestone penting dalam perjalanan Steve Carell, bercerita dengan premis yang umum dan sederhana namun juga tabu untuk dibahas. The 40 Year Old Virgin (sebenarnya dari judu filmnya juga sudah ketahuan) menceritakan Andy yang tidak kunjung melakukan intercourse di umurnya yang menginjak kepala empat. Ketika “aibnya” ini diketahui teman sekerjanya (Paul Rudd, Seth Rogen, Romany Malco), mereka langsung mencari segala cara untuk melepaskan keperjakaan sang Andy. Ketika Andy bertemu Trish (Catherine Keener), seorang janda dengan banyak anak dan juga cucu, apakah Trish bisa menerima Andy yang seorang virgin ???

“Oh please somebody, help him ! because he’s doing ridiculous moments, again and again.”

Scene saat Andy di body waxing itu benar-benar EPIC !!! Scene saat Paul Rudd dan Seth Rogen bermain “You Know How I Know You’re Gay” itu juga benar-benar EPIC !!! Scene saat bermain dengan Magnum (Magnum is condom, I don’t know it is a type, product specification, or brand, or whatever) itu benar-benar raja dari segala EPIC. Adegan antara Steve Carell dan Elizabeth Banks as a crazy and sex addicted girl itu benar-benar EPIC !! (I don’t know why I keep saying EPIC, I don’t even know what it means). Film ini secara terus-terusan menampilkan scene-scene yang benar-benar mengocok perut dari awal sampai akhir. Ibarat sebuah permen, film ini adalah film dengan banyak rasa dari tiap adegannya, rasa charming dan sweet dari leading couple-nya, belum lagi nasty and “a little bit of dirty” dari topik sexnya, juga jokes-jokes segar yang keluar dari mulut para castnya yang memang talented gila.

Dari sebuah cerita yang sederhana dan tidak perlu macam-macam, ternyata Judd Apatow yang juga merupakan screenwriter mampu menggali segala sisi dan kemudian menambahkannya dengan jokes yang selayaknya di film komedi, kemudian dipertunjukkan oleh para aktor- aktris dengan improvisasi sana-sini, film menjadi film yang rekomendasi bagi penyuka film komedi.

Di sisi lain, dengan scope cerita yang sudah ketahuan dan terkesan sempit, durasi dari film ini menjadi sedikit kepanjangan karena hanya membahas yang itu-itu saja. Andy mencoba melepas keperjakaannya kemudian gagal, Andy mencoba melepaskan keperjakannya kemudian gagal lagi, ya begitulah tapi dengan jokes sebanyak ituuuuu, this movie is not too long for me, not for me.

Film ini kemudian ditutup dengan sebuah adegan menari dan menyanyi semua cast yang NORAK, tapi keren dan bakalan memorable banget.

Trivia

Adegan body waxing untuk menghilangkan bulu dada Andy (his nipple included) benar-benar dilakukan secara real oleh Steve Carell. What a painful scene !!!!

Quote

David: You know how I know you’re gay ?

Cal: How? Cause you’re gay ? And you can tell who other gay people are?

David: You know how I know you’re gay ?

Cal: How ?

David: You like Coldplay.

Hope Springs (2012) : Kay and Arnold Are Getting Renewal and Sexercise

Sutradara : David Frankel

Penulis : Vanessa Taylor

Pemain : Meryl Streep, Tommy Lee Jones, Steve Carell

“Not everybody’s movie because some moments are funny “awkward machine” but exactly like what Colin Firth said last Oscar, Meryl Streep raises the bar and Tommy Lee Jones is more than extraordinary.”

About

Streep adalah Kay, seorang istri yang telah menikah selama 31 tahun merasa kehidupannya hambar dengan Arnold, diperankan Tommy Lee Jones. Setelah perjalanan panjang pernikahan mereka, tibalah mereka berdua di titik “there’s no something to look forward too”. Di titik inilah Kay membujuk suaminya yang super kolot untuk melakukan konsultasi intensif tentang pernikahan mereka dengan Dr. Feld, diperankan Steve Carel.

Ditulis oleh penulis serial TV, Vanessa Taylor dan David Frankel yang sebelumnya telah berkolaborasi dengan Streep lewat Devil Wears Prada.

It’s adults are talking about marriage and sex. What’s worthy ? Definitely, its two leads.

Meryl Streep telah berusia 63 tahun, Tommy Lee Jones berusia 66 tahun namun keduannya sama sekali tidak ragu untuk mengambil sebuah komedi romantis sebagai tokoh utama.. Tentu saja, hal ini karena mereka yakin akan mampu membawa film ini dengan kemampuan mereka sehingga film ini tidak akan kalah dengan komedi romantis lainnya yang membawa para actor dengan usia muda. Benar saja, bukan hanya chemistry yang mereka hadirkan, namun Kay dan Arnold benar-benar mempunyai karakter kuat untuk membawa film ini sampai akhir. Karakter keduannya sangat bertolak belakang, Kay adalah seorang istri yang merasa kurang bahagia akan pernikahannya, mengharapkan suatu perubahan sedangkan Arnold adalah suami yang telah cukup puas dengan segala kedataran dalam rumah tangganya. Pasangan ini mngkin merupakan perwakilan dari banyaknya pasangan nyata di luar sana yang menghadapi persoalan yang sama, kehambaran.

Selain itu, keduanya mampu menciptakan moment romantic lucu sekaligus awkward dan membuat kita tercengang “Streep and Lee Jones are still doing acting like THAT ?”. Tentu saja, hal ini tidak terlepas dari profesionalisme mereka sebagai aktor.

Carell berhasil meyakinkan penonton sebagai dokter ahli masalah perkawinan. Untuk aktingnya di film ini, kita dapat berkata “Okay you can use your eternal hair style for that role.”

Penetrasi akan perkembangan hubungan tentu tidak terburu-buru dibawakan saat scene konsultasi, hanya saja film ini cenderung mengambil solusi mudah dan kurang greget untuk endingnya. Masalah soundtrack, beberapa lagu yang dimainkan sepertinya terlalu muda dan kurang menyatu dengan adegan film itu sendiri.

Trivia

Jeff Bridges menolak peran yang diambil Tommy Lee Jones, David Frankel menggantikan porsi sutradara dari Mike Nichols dan Philip Seymour Hoffman tidak jadi ikut terlibat.

Quote

Kay : (rubbing his husband) Does it feel good ?

Arnold : I feels like you’re petting a dog.

Seeking A Friend For The End Of The World (2012) : A Romantic Story Before Apocalypse Comes

Sutradara : Lorene Scafaria

Penulis : Lorene Scafaria

Pemain : Steve Carell, Keira Knightley, Adam Brody

Tagline : Nice knowing you

“This movie is started when the romantic story between Carell-Knightley comes.”

About

Sepertinya kata ‘The End of The World’ dan sebagainya sedang banyak diangkat. Bukan sebuah kejutan, 2012 memang banyak diramalkan sebagai akhir dunia oleh sebuah suku dan berhasil menggemparkan dunia, film 2012 buktinya. Selain film 2012, tag The End of The World juga akan diangkat oleh Seth Rogen dan Evan Goldberg, belum lagi Edgar Wright yang akan melengkapi trilogy filmnya dengan Simon Pegg yang mengambil judul The World’s End.

Steve Carell dan Keira Knightley tidak ingin ketinggalan, Seeking A Friend For The End Of The World, hmm panjang judulnya, adalah film komedi drama romantic debutan dari sang sutradara Lorene Scarafia, yang bercerita tentang tiga minggu terakhir Dodge dan Penny sebelum sebuah asteroid menabrak bumi. Keduanya melakukan semacam road trip untuk mempertemukan kembali Dodge dengan “the one that got away”-nya dan Penny untuk kembali bertemu keluarganya. Dengan waktu yang terbatas, apakah kedua orang yang sama-sama asing ini akan mencapai misinya dan apa yang akan mereka lakukan ketika dunia benar-benar berakhir ?

It’s waiting to be ended at first, but a little bit of heart and romantic story in the end

Film ini tidak menawarkan hal yang sangat lucu, ceritanya cenderung datar dengan acting Steve Carell yang bisa dikatakan sama dengan filmnya sebelumnya, Crazy Stupid Love, seseorang yang banyak diam karena merenungi kehidupannya sendiri. Film ini sedikit membosankan dari awal hingga road trip tersebut dimulai. Bagian separuh sampai ending bisa dikatakan penyelamat untuk film ini, menawarkan a little bit of heart moment dan ending yang bisa dikatakan tidak berlebihan.Penonton akan tetap di depan layar dengan dialog pintar dan chemistry antara Carell dan Knightley yang cukup mengalir. Sekaligus pilihan soundtrack yang cukup menenangkan di saat menonton.

Namun satu hal yang terkesan sangat klise adalah kisah cinta dua orang asing ini yang sedikit tidak masuk akal di moment yang sepertinya tidak tepat. Akan tetapi, segalanya bisa saja terjadi. It’s still a romantic story.

Trivia

Istri Steve Carell turut bermain sebagai cameo, berperan sebagai istri Dodge, Dodge diperankan Steve Carell sendiri.

Quote

Dodge : Penny, I’m really. I got to know you.