2014

Song Of The Sea (2014) : Simply Told Precious Legacy of Story Inspired by Irish Enchanting Folklore

Director : Tomm Moore

Writer : Will Collins (as William Collins) , Tomm Moore(story)

Cast : Brendan Gleeson, Lisa Hannigan, David Rawle

(REVIEW) So this is what we’re gonna do ! Rewind-jdnbudfbidnidbfsdbdscnidcnsdbcusbdweifbweu-rewind, “Okay, let’s talk about Oscars !”. Clueless – adalah satu kata yang mungkin bisa menggambarkan Oscars beberapa minggu yang lalu. Memang, beberapa kategori telah terpatri membawa pemenang pasti, namun beberapa kategori menyimpan beberapa kejutan, dan sayangnya bukanlah kejutan yang menyenangkan. Disebut oleh sang presenter Dwayne Johnson sebagai genre yang inventif, seharusnya Best Animated Feature merupakan kategori yang membawa bar tinggi, dan memang diwujudkan lewat beberapa nominasinya, sayangnya pemenangnya – Big Hero Six tak membawa kualitas yang demikian. Dan, kemenangan yang tak terduga dari film tersebut, membawa tidak hanya satu, namun paling tidak ada EMPAT film ter-snubbed dalam kategori yang sama. So, The Lego Movie, calm yourself, get in the line !!!!!

Siapakah yang pernah mendengar animasi berjudul Song of The Sea sebelum film ini “merebut” spot yang dimiliki The Lego Movie di ajang Oscars ? Nah, itu pula masalahnya. Kebanyakan orang belum pernah mendengarnya, kebanyakan orang belum pernah menontonnya. Song of The Sea adalah film animasi Irlandia yang dibesut sutaradara Tom Moore, yang sebelumnya juga dinominasikan dalam kategori yang sama lewat The Secret of Kells di tahun 2009. Alkisah sebuah keluarga tinggal di tepi pantai, dengan anggota keluarga yang sempurna : seorang ayah (Brendan Gleeson), seorang ibu yang sedang hamil (Lisa Hannigan), dan seorang anak laki-laki bernama Ben (David Rawle). Namun, kesempurnaan keluarga mereka langsung hilang ketika sang Ibu secara misterius menghilang dan meninggalkan anak bernama Saoirse yang kini telah menginjak usia enam tahun, tapi belum bisa mengucapkan satu kata-pun. Ben yang sepertinya dengan kehilangan ibunya menjadi trauma dengan laut, malah tidak akur dengan Saoirse karena Ben seakan-akan menyalahkan kepergian ibunya atas kesalahan sang adik. Ketika Saoirse menemukan sebuah cangkang kerang ajaib, kedua kakak beradik ini harus melakukan perjalanan magis yang akan mengungkapkan siapakah Saoirse sebenarnya. Jawabannya, Saoirse adalah seorang Selkie – makhluk mitologi Celtic yang menginspirasi cerita ini. Tugas seorang selkie sangat berat, ia harus menyuarakan melodinya untuk menyelamatkan fairy yang telah dirubah menjadi batu oleh seorang penyihir bernama Owl Witch, sementara ia juga harus berlomba dengan waktu karena keadaan seorang Selkie bisa terus memburuk.

(more…)

Reviews : Paddington (2014), Predestination (2014), Nightcrawler (2014), and Force Majeure (2014)

What AM I ? An institutionalized orphan ? Why I didn’t get Teddy Bear in my childhood.

Siapakah yang tak akan melihat film ini ? Anak-anak tentu akan sangat menyukainya, dan orang tua pasti akan memiliki rasa nostalgia bertemu kembali dengan sosok yang sangat kental dengan masa lalu mereka. Itulah yang membuat Paddington – layaknya film anak-anak lain- tidak hanya merangkul anak-anak namun juga sang orang tua yang notabene sebagai guardian ketika mereka menonton di bioskop. Hasilnya, Paddington merupakan a fine family drama at its best, hangat, lucu, walau memiliki storyline yang kepalang standar dan kurang kejutan besar.

(more…)

Reviews : The Trip to Italy (2014), Men Woman and Children (2014), The Good Lie (2014), and Pride (2014)

Exquisite food, exotic place, humour ? Sounds like element of heaven.

The Trip to Italy memenuhi janjinya sebagai sebuah film tentang kuliner dan travelling. Frase yang menggambarkan : mouthwatering wanderlust. Bagaimana tidak ? Melihat perjalanan dua komedian memerankan diri mereka sendiri ; Steve Coogan dan Rob Brydon, menjelajahi setiap inchi dari negara Italy, dimana di setiap mereka singgah selalu ada saja piring dengan visualisasi makanan yang penonton hanya bisa lihat dan tak bisa merasakan adalah satu kenikmatan tersendiri.

(more…)

A Most Wanted Man (2014) : Uprightness of Espionage World but It Disperses As Bland As It Becomes

Director : Anton Corbijn

Writer : Andrew Bovell (screenplay), John le Carré (novel) 

Cast : Philip Seymour Hoffman, Rachel McAdams, Daniel Brühl, Grigoriy Dobrygin, Willem Dafoe, Robin Wright

It takes a minnow to catch a barracuda, it takes a barracuda to catch a shark, and the problem is I don’t even like fishing, so I’m gonna use a bomb instead, to catch all of them.

(REVIEW) A Most Wanted Man – feel THAT title ! So intense, so focus, namun inilah hal pertama yang misleading dari film ini, ketika film ini sesungguhnya ingin menyuguhkan gambaran realistis nanggung tentang dunia espionage lengkap dengan birokrasi dan tetek bengek prosedurnya. Dan, jika dicermati kembali A Most Wanted Man sesungguhnya adalah Phillip Seymour Hoffman yang menjadikan film ini sebagai salah satu penampilan terakhir dalam karirnya, selain God’s Pocket dan franchise The Hunger Games.

You know why I like a thriller ? Simple, because it’s thrilling. Sesuatu yang tidak akan didapatkan dari A Most Wanted Man, namun hal itu tak menjadi masalah jika film ini memiliki hal lain yang ditawarkan, sayangnya A Most Wanted Man terlalu ter-disperse ke segala arah, terkonsentrasi pada kegiatan mata-mata yang terlalu mengandalkan diskusi dengan atasan, van dan penjagaan 24/7. Bagusnya, hal otentik tersebut sangat mahal untuk subgenre spy, sebuah film yang berkonsentrasi ke dalam organisasi mereka, ketimbang bergerak keluar mencari target yang biasanya sulit untuk dikejar. Organization’s paranoid dan trust adalah dua hal mahal lainnya yang mencoba dipertunjukkan di sepanjang film.

(more…)

Cold in July (2014), Well Framed Crime with Double Edged Dagger of Multiple Twist to Twist The Plot Sanity

Director : Jim Mickle

Writer : Jim Mickle, Nick Damici, Joe R. Lansdale

Cast :  Michael C. HallSam ShepardDon Johnson

(REVIEW) Texas, some cowboy’s hat, 80’s and Dexter kills again, it’s started and ended with a (questionable) bang ! Awal tahun ini kita memiliki film revenge-home invasion mumpuni seperti Blue Ruin yang mampu menyita perhatian dengan ketegangan dan black comedy dari drama balas dendam tanpa skill. Satu lagi yang menjanjikan adalah Cold in July, diangkat dari novel berjudul sama, dan berasal dari tangan “dingin” sutradara yang sebelumnya mengangkat tema kanibal dengan apik, We are What We Are.

Suatu malam, Richard (Michael C. Hall) dibangunkan istrinya (Vinessa Shaw) yang mendengar suara tak wajar di dalam rumahnya. Dengan segera ia mengisi peluru dalam pistolnya, mengendap-ngendap dalam rumahnya sendiri, sampai ia akhirnya berhadapan dengan seorang intruder bertopeng yang terlihat tidak mengancam (degree of danger : he doesn’t hold a gun). Sunyinya malam dengan kondisi tegang membuat keputusan tak sengaja diambil Richard : suara jam berdenting membuatnya menarik pelatuk dan melayangkan peluru tepat ke mata dan menembus kepala si intruder.

(more…)

The Congress (2014), Commitment of Presentation, from Live Action to Animated World of Hallucinations

Director : Ari Folman

Writer : Stanislaw Lem (novel), Ari Folman

Cast : Robin WrightKodi Smit-McPheeDanny HustonHarvey Keitel

(REVIEW) Have you ever wondered if we could watch another brand new movie from Audrey Hepburn ? Or James Stewart ? Or watching new concert of Michael Jackson ? But in perfect CGI ? Mungkin masih tidak mungkin dibayangkan sekarang, tapi bagaimana dengan 20 tahun lagi ? Yeah, bayangkan saja jika Alfonso Cuaron kemudian membuat film dengan zero cast, kecuali visual effect. Semenarik itulah awal The Congress.

Robin Wright (memainkan dirinya sendiri) adalah washed up actress yang menginjak usia ke 44 dengan tekanan dari kejayaan masa lalu (kejayaan dari The Princess Bride dan Forrest Gump). Karirnya menurun tajam ketika ia terlalu picky dalam memilih film, dan ketika ia akhirnya menjatuhkan pilihannya membintangi film, ia bertindak tidak profesional. Ditambah dengan sejak kehadiran anak keduanya – Aaron (Kodi Smit-McPhee) yang sakit-sakitan membuat Robin benar-benar harus berkonsentrasi memikirkan keluarganya. Ketika karirnya mulai akan berakhir, agen managernya – Al (Harvey Keitel) membuka peluang sebuah kontrak baru yang akan mengubah Robin Wright selamanya.

(more…)

Locke (2014), Life Deconstruction through Character’s Persistence with Hardy Takes The Wheel

Director : Steven Knight

Writer : Steven Knight

Cast : Tom Hardy, Olivia Colman, Ruth Wilson

(REVIEW) Tipe film “one man/woman show” memang ideal jika dipadatkan dengan durasi tidak lebih 90 menit, kemudian diasosiasikan ke “life survival” yang kemudian dihubungkan kembali dengan masalah hidup dan mati. Tapi tidak dengan Locke, kali ini tidak perlu satellite debris yang mengobrak-abrikkan angkasa, atau pulau terpencil dengan bola voli usang bernama Wilson, atau terkubur dalam sebuah peti mati dengan 90 minutes oxygen. Survival yang bisa langsung dihubungkan dengan kehidupan penonton adalah bagaimana setiap pilihan dalam hidup harus segera diambil dalam kehidupan sehari-hari. Dan inilah yang tercermin dalam film Locke.

Ivan Locke (Tom Hardy) keluar dari site kerjanya dengan memiliki segalanya : pekerjaan yang mapan, keluarga yang menanti di rumah, dan sebuah mobil BMW sebagai alat transportasi. Tapi kali ini, mobil inilah yang menjadi saksi bahwa kehidupan seorang Ivan Locke akan segera berubah dalam perjalanan 90 menit dari Birmingham ke kota London.

(more…)

Proxy (2014) – Something Wrong with Esther, Overtwisted but a Must See for Twists Lover

Director : Zack Parker

Writer : Zack ParkerKevin Donner

Cast :  Joe Swanberg, Alexa Havins, Kristina KlebeAlexia Rasmussen

(REVIEW) You don’t mess with pregnant woman, or ex-pregnant woman. Masih ingat film Inside ? Film home invasion yang menyajikan scene-scene bergidik yang levelnya berkali lipat karena melibatkan makhluk fragile bernama ibu hamil. Untuk yang pernah menontonnya, opening film ini pasti sedikit banyak mengingatkan.

Esther (Alexia Rassmunsen) sedang menantikan kehadiran buah hatinya yang akan segera lahir dalam dua minggu ke depan. Ia begitu tenang, sedikit menempatkan antusiasnya di bawah level, dan menjalani salah satu rutin yang pasti dilakukan ibu hamil : pemeriksaan USG. Tak ada yang bermasalah dengan kehamilannya. It’s a serene, beautiful day. Sampai akhirnya, sepulang dari pemeriksaan itu, ia diikuti seseorang, dihantam hingga pingsan, dan kegilaan sang misterius ini juga membawa beberapa hantaman batu bata di perutnya.

(more…)