Drama

Crimson Peak (2015) : Grandiose Production Design, Guillermo Del Toro’s Vision and What Went Wrong ?

Director : Guillermo del Toro

Writer : Guillermo del Toro

Cast : Mia Wasikowska, Jessica Chastain, Tom Hiddleston, Charlie Hunnam

(REVIEW) Tahun 2015 merupakan tahun yang begitu menggembirakan untuk genre horor; diawali dengan film dengan sukses kritik semacam It Follows yang menawarkan konsep menarik, Unfriended yang menggunakan medianya sendiri, atau semacam Creep yang sederhana namun begitu efektif, dan Insidious Chapter 3 yang paling tidak bisa meneruskan franchisenya di tengah jatuhnya film remake atau sekuel seperti Poltergeist dan Sinister 2. Namun, yang menjadi film diantisipasi nomor satu dalam genre ini tidak lain tidak bukan ketika Guillermo Del Toro memutuskan untuk menyutradarai film rumah berhantu : Crimson Peak dengan jajaran aktor yang luar biasa.

Menjelang perilisannya, sang sutradara mengumumkan lewat akun twitternya yang barus saja ia buat bahwa Crimson Peak bukanlah film horor, dan lebih menekankan bahwa film ini lebih jatuh pada gothic romance dengan momen-momen yang intens. Sangat nampak jelas memang ketika film berawal film langsung memberikan visual hantu CGI yang kelewat kasat mata, dan ditambahkan ucapan sang karakter bahwa “Ghosts are real.” dilengkapi dengan kalimat di momen yang lain bahwa ini bukan cerita hantu melainkan cerita dengan hantu di dalamnya.

(more…)

Sicario (2015) : Pristine Work of Criminal, Another Dennis Villeneuve’s with Bargain Power

Director :  Denis Villeneuve

Writer : Taylor Sheridan

Cast : Emily Blunt, Josh Brolin, Benicio Del Toro

(REVIEW) Di Meksiko, Sicario berarti Hit-man sedangkan di tangan dingin Dennis Villeneuve, Sicario merupakan sebuah sajian yang begitu kabur, brutal, gelap, begitu pelan mendidihkan plot-nya namun ketika batas antara hitam dan putih mulai terlihat, sudah terlalu terlambat untuk keluar. Yah, Sicario is a clean shot, pristine work of criminal, dan menggunakan alam kriminal kartel sendiri yang tak pernah berada di titik trik sederhana, Sicario menjelaskan kegelapan tanpa kehilangan kegelapan itu sendiri.

Dampak emosional, sesuatu yang mungkin jarang dilewatkan oleh Dennis Villeneuve, dan tangan sutradara ini langsung diperpanjang dengan karakter Kate Macer (Emily Blunt). Setiap peluru yang ditembakkan oleh anggota FBI ini dengan seketika membuka sedikit gap untuk karakternya dengan seketika merasa bersalah dengan objek tembakannya. Tanpa kecuali, ketika sebuah adegan penggerebekan, ia menembak seorang anak buah anggota gudang drugs yang berusaha menyerangnya, sebuah peluru yang memperkenalkan kita pada gejolak dalam diri Kate sebagai manusia biasa, sekaligus pada alam film ini bahwa tak ada satupun peluru yang terbuang tanpa memberikan reaksi balik.

(more…)

Black Mass (2015) is All about Depp’s Performance : The Character, Transformation, and His Natural Charm

Director : Scott Cooper

Writer : Mark Mallouk (screenplay), Jez Butterworth (screenplay), 2 more credits

Cast : Johnny Depp, Benedict Cumberbatch, Dakota Johnson, Peter Sarsgaard, Julianne Nicholson

(REVIEW) Beberapa bintang besar Hollywood memang sedang sibuk dengan dunia mereka masing-masing : Tom Cruise dengan stunt gilanya – dia cukup berhasil, Robert Downey Jr. dengan baju besinya – cukup berhasil dari segi keuangan sang aktor, Leonardo DiCaprio dengan segala meme Oscarnya – keep trying ! dan yang paling menyedihkan adalah perjalanan karir Johnny Depp. Baik dia memakai kostumnya (terlalu banyak film yang gagal) maupun menanggalkan atributnya (baca : The Tourist), Depp belum menemukan jati dirinya kembali, sampai film Black Mass ini – sebagai James ‘Whitey’ Bulger, leader gangster sadis yang pernah menjadi Daftar Pencarian Orang paling dicari setelah Osama Bin Laden. Ya, setelah Osama Bin Laden !

Di tangan Scott Cooper yang beberapa tahun yang lalu berhasil memberikan Oscar overdue untuk Jeff Bridges, Black Mass memang segalanya tentang penampilan Depp, yang mengkombinasikan transformasi sangar, karakter yang cukup kompleks, dan juga pesona dari Depp sendiri yang terus menarik perwujudan Whitey ke bumi dengan sisi humanis seorang manusia – tak banyak memang digambarkan, tapi hal itu tetap diperlukan.

(more…)

Lost River (2015) : Vivid Visuals, Interesting Ideas, yet Heavy Handed Direction Contrives It to Flow

Director : Ryan Gosling

Writer : Ryan Gosling

Cast : Christina Hendricks, Iain De Caestecker, Matt Smith. Ben Mendelsohn, Saoirse Ronan

(REVIEW) How to Catch a Monster, itulah judul film ini sebelumnya, mendapatkan booing di Cannes dan menghilang. Lost River menjadi begitu menarik karena tangan kreatif di belakangnya adalah aktor yang cukup memiliki kredibilitas di generasinya, Ryan Gosling. Dan setelah terakhir kali membintangi film Only God Forgives yang mendapatkan reaksi terpolar, Lost River menghadapi muara yang sama.

Jika melihat poster sekilas film ini, yah jangan dibuat berpikir ini adalah sekuel dari Only God Forgives, namun pengaruh Nicholas Wind Refn begitu kuat dalam setiap warna, setiap violence, dan surealisme yang dihadirkan Gosling yang memegang penuh kontrol di penyutradaraan dan penulisan. Cerita berat ? Hmmm, sebenarnya tidak. Dibanding sebagai sutradara yang masih terlihat mengawang, Gosling lebih menarik sebagai seorang screenwriter yang ternyata memiliki banyak ide-ide besar menggabungkan drama dan fantasy dengan banyak karakter, banyak subplot, namun tak begitu convoluted. He got talents. Sayangnya untuk menjembatani ide ini untuk tidak hanya tersampaikan, namun juga merasuk ke dalam penonton sepertinya masih merupakan perjalanan panjang bagi Gosling.

(more…)

Filosofi Kopi (2015) : Brew-mance Smoothly Grinds and Blends Allotment of Personal Flavours

Director : Angga Sasongko

Writer : Jenny Jusuf

Cast : Rio Dewanto, Julie Estelle, Chico Jericho

(REVIEW) Pikirkan satu hal ! Benda apa yang bisa dibuat sederhana namun dengan mudah bisa terihat sophiscated ? Banyak hal sebenarnya, namun tak ada yang sedekat seperti minuman yang satu ini : kopi. Begitulah ketika salah satu karakter dengan eloquent-nya menjelaskan filosofi yang terdapat pada sebuah cangkir kopi, mulai dari kopi tubruk sampai cappucino. Dan begitulah Filosofi Kopi dikemas. Mencampurkan berbagai rasa mulai dari passion, bromance, business matters, and a little bit of Julie Estelle.

Filosofi Kopi

Dan, jika ada sisi pahit dalam satu cicipan pertama sebuah kopi, itu adalah shaky cam yang digunakan Filosofi Kopi. Seperti seakan sedang melakukan stirring (i know it doesn’t have to be subtle, duh !), shaky cam dalam film ini cukup menyebalkan untuk dilihat (but don’t go !), mungkin inilah ibarat film ingin menaburkan bubuk kafein di muka kita. Ditambah dengan banter yang dilakukan duo leading men-nya, Filosofi Kopi adalah film yang memiliki awalan kurang menyenangkan, namun sedikit demi sedikit berubah lebih baik, sampai akhirnya bisa masuk ke kedalaman yang “lain” ketimbang apa yang diisyaratkan judulnya : being  personal. (more…)

Branagh’s Cinderella (2015) Has Courage and Kindness, Keep It Simple and Plausible with Reasons

Director : Kenneth Branagh

Writer : Chris Weitz (screenplay)

Cast : Lily JamesCate BlanchettRichard Madden, Helena Bonham Carter

(REVIEW) Sudah hampir setahun yang lalu ketika seorang teman baru saja menonton Maleficent dan mulai jengah dengan embel-embel “twist”, “reimagining”atau apapun itu yang sedang menimpa live action dari cerita-cerita Disney klasik. Kemudian, sempat terceletuk, “Yaudah, kita tunggu aja Cinderella-nya Kenneth Branagh”. Ya. Kenneth Branagh. Walaupun saat itu belum tahu cerita bakal seperti apa, sepertinya kemungkinan besar di tangan Branagh, cerita Cinderella akan tetap klasik, simpel, dan begitulah adanya. Benar saja, Kenneth Branagh’s Cinderella berhasil membuktikan bahwa dengan screenplay yang cukup cerdas, direction yang memang sudah makanan sehari-hari sutradara, dan dengan penampilan yang cukup, cerita ini masih terlihat presentable di lantai dansa.

Cinderella (Lily James) hidupnya seketika berubah ketika ibunya meninggal karena sakit, dan ayahnya meninggal dalam perjalanan luar negeri. Tak hanya sendiri, lebih buruknya, ia kini tinggal di loteng atas suruhan Ibu tiri barunya – Lady Tremaine (Cate Blanchett) bersama kedua anaknya. Ketika keadaan semakin memburuk, sang pangeran tiba-tiba mengundang seluruh rakyatnya untuk datang ke pesta, dengan salah satu tujuan untuk mencari seorang istri, dan disinilah cinta satu malam Cinderella dimulai.

(more…)

Fifty Shades of Grey (2015) : Yeah, Bad Aphrodisiac for Erotic Drama, but “What Do You Really Expect ?”

Director : Sam Taylor-Johnson

Writer : Kelly Marcel (screenplay), E.L. James (novel)

Cast : Dakota JohnsonJamie Dornan

Fifty Shades of Grey, atau yang mungkin lebih tepat disebut dengan Filthy Sex of Grrrrrrey adalah sebuah novel bestseller karya E.L James yang dirilis tahun 2012, dan juga mendapatkan julukan Mommy Porn. Dengan penjualan yang fantastis, E.L. James yang saat itu sudah tak muda lagi, masih mampu mengembangkan fantasi nakalnya sampai dengan tiga buku, diikuti oleh Fifty Shades of Darker, dan Fifty Shades Freed. Novel bertemakan drama erotis sudah sangat banyak, namun apakah yang membuat buku ini begitu berbeda ? Itulah yang membawa ketertarikan untuk membaca buku ini. Memang cheesy, dalam artian cheesy yang cukup menarik pada awalnya, walau E.L James menulisnya dengan bahasa yang kurang menarik, namun hasrat orang yang horny memang tidak bisa dibendung apapun. Adegan seks pertama cukup mendapat perhatian, kemudian ibarat orang yang terkena ejakulasi dini, Fifty Shades of Grey terus-terusan memaparkan adegan seks yang makin lama semakin menjemukan, hingga akhirnya buku ini berakhir pada satu kata : skip.

50 Shades of Grey

source : http://www.impawards. com

Bentuk representasi ke-horny-an para fans pun muncul ketika kabar buku tersebut akan difilmkan. Siapakah yang akan menjadi Anastasia Steele, dan terutama, siapakah yang menjadi Christian Grey ? Nama kelas A mulai dari Emma Watson sampai Shailene Woodley, mulai dari Matt Bomer sampai Charlie Hunnam pun bermunculan. Tak kaget memang. Kapan lagi mendapatkan kesempatan untuk melihat aktor atau aktris kesayangan bisa tampil bugil yang tidak hanya sekedar sekejap saja. Dan ditangan Sam Taylor Johnson yang akhirnya menggandeng Dakota Johnson dan Jamie Dornan, foreplay dari yang sepertinya akan menjadi trilogi pun berawal.

(more…)

Faults (2015) : Baffling, Unsurprisingly Surprising Cults’ Method, yet That’s How It’s Supposed to Work

Director : Riley Stearns

Writer : Riley Stearns

Cast : Mary Elizabeth Winstead, Leland Orser

(REVIEW) Mengapa seseorang mau-maunya masuk dalam sebuah cult yang tentu saja jika dilihat dari kacamata “normal” pasti akan terasa sebagai sesuatu yang aneh ? Randomly speaking, mungkin ada beberapa jawaban : cult selalu terkesan welcome, cult bermain pada orang-orang yang sedang tersesat, dan cult tak pernah mencoba terlalu keras untuk memaksakan metodenya, namun di titik inilah, sebuah cult mencuri pikiran dan siap melakukan misi pencucian otaknya. Disinilah mengapa Faults dianggap berhasil menghadirkan tema cult ini. Surprising, but not surprisingly surprising.

Ansel (Leland Orsen) dulunya adalah seorang bintang televisi, juga pengarang buku, sekaligus public speaker, dan seorang deprogrammer orang-orang terkena efek paska mengikuti sebuah cult, namun kini kehidupan yang ia miliki jauh dari kata dihormati. Ia memungut voucher hotel yang telah ia gunakan untuk kembali menikmati hidangan di restoran, ia mencuri berbagai barang di hotel, sampai seminar yang ia adakan jauh dari peminat, dan melupakan bahwa masih ada orang yang mau membeli bukunya dari self publishing. Dihimpit hutang dan tekanan sana-sini, Ansel tak memiliki pilihan lain kecuali ketika sepasang suami istri menginginkan Ansel untuk membantu mengembalikan putro mereka – Claire (Mary Elizabeth Winstead) yang baru saja pulang dari mengikuti sebuah kegiatan cults, bernama Faults.

(more…)