1989

Steel Magnolias (1989) : Star Studded Chick Flick, Close-Knit Circle of Beauty Parlor-friends

Director : Herbert Ross

Writer : Robert Harling

Cast : Shirley MacLaineOlympia DukakisSally Field, Dolly Parton, Daryl Hannah, Dylan McDermott, and Julia Roberts

About

Steel Magnolias mungkin menjadi salah satu film dengan star studded di zamannya. Bagaimana tidak, film ini dibintangi oleh nama-nama besar (dulu, dan sekarang) seperti Shirley Mclaine, Sally Field, Dolly Parton, Olympia Dukakis, serta dua aktris yang sedang mekar di zamannya seperti Daryl Hannah dan juga Julia Roberts.

Steel Magnolias sendiri diambil untuk melambangkan sesuatu yang terkesan feminim, lemah lembut namun berhati baja. Dan, iya, cerita di film ini seputar persahabatan para perempuan ini dalam menghadapi segala permasalahan di kehidupan mereka. Shelby (Julia Roberts), seorang penderita diabetes akhirnya memutuskan menikah dengan laki-laki yang dicintainya, Jackson (Dylan McDermott). Persiapan pernikahannya pun dilakukan oleh ibunya yang sangat protektif terhadap semua keadaan Shelby, M’Lynn (Sally Field). Di lingkungan tempat tinggal mereka, terdapat beauty parlor (salon mungkin ya kalau sekarang) yang dikelola oleh Truvy (Dolly Parton) dan juga pegawai barunya, Annelle (Daryl Hannah). Beauty Parlor ini juga mengurusi bagian “dandan” untuk pernikahan Shelby. Cerita semakin dilengkapi oleh dua janda, janda bahagia Clairee (Olympia Dukakis) dan juga janda galak Ouiser (Shirley MacLaine). Enam wanita ini menjalin persahabatan dan berbagi cerita ketika mereka berkumpul dalam moment beauty parlor.

Okay, I hate make synopsis.

“This movie has really hard job. Wanna tears and laugh in the same time, maybe, it’s less succeed but since the ladies here has clicks, I don’t have problem with that.”

Film ini mengalami banyak loncatan waktu mengingat film ini ingin mengambil moment-moment penting dari kehidupan enam wanita ini, terutama dari sisi Shelby dan Ibunya. Moment tersebut dibagi menjadi moment pernikahan, moment mengandung, moment mempunyai anak, moment “menyedihkan” dan moment “life must go on”. Loncatan waktu ini mungkin akan membuat penonton merasa kehilangan “main event” yang sedang dibangun. Yah, walaupun memang ada peristiwa akhir yang bakal dihadirkan di ending film. Namun, sepertinya penonton terkadang harus me-reset feeling ketika konflik tiba-tiba harus kembali menuju nol lagi.

Tone awal dari film ini, lebih menghadirkan tone comedic yang terjadi di pernikahan Shelby dan scene-scene perkenalan masing-masing karakter. Walaupun di sepanjang film, sebagian besar konflik berasal dari Shelby dan ibunya namun film ini menghadirkan perkenalan setiap karakter dalam jumlah yang setara, sehingga di scene awal, sepertinya tidak ada karakter-karakter yang menonjol. Barulah, sebuah scene (dimana merupakan scene terbaik dalam film ini, dan sepertinya scene inilah yang membawa Julia Roberts pada nominasi pertamanya di Oscars) mulai dihadirkan, yaitu saat karakter Shelby mengalami “kumat” untuk penyakit diabetesnya.

Film ini memiliki sebuah misi yang cenderung berat, yaitu ingin menghadirkan konflik di dalam film secara menyedihkan yang membuat penonton menangis, namun juga membuat penonton tertawa lewat line-line dan akting yang dilontarkan para pemainnya. Memang terkadang tidak berhasil, atau kurang berhasil, namun kualitas akting dan chemistry dari para pemainnya cukup menyelamatkan film. Dengan lebih membahas event event dalam kehidupan sehari-hari, dibandingkan sesuatu yang feminim, film yang cenderung female-sentris ini juga bisa dinikmati oleh para pria juga (I know, i know you guys, you don’t see this kind of chick flick, but give it a try).

Shirley Maclaine mengingatkan pada perannya di Bernie (yah I know, kebalik, nonton Bernie duluan soalnya) yang bisa dikatakan menjadi ice breaker disini dan mengeluarkan banyak banyolan tentang “ketidakbersyukurannya” terhadap hidupnya. Shirley Maclaine diimbangi oleh teman sejawatnya yaitu Olympia Dukakis yang mempunyai kepribadian berkebalikan, sebagai janda sukses bahagia, dan selalu tertawa. Dolly Parton melakukan tugasnya dengan baik sebagai pemilik salon juga Daryl Hannah yang bisa bertransformasi layaknya seorang “geek” dengan kacamatanya, kemudian menjadi seorang wanita atraktif, kemudian menjadi seorang Kristiani yang baik, mungkin diantara semua karakter, karakter Annelle inilah yang paling banyak mengalami perubahan, walaupun pengembangan karakter Annelle ini masih terlalu kasar. Pasangan Ibu dan anak, Sally Field versus Julia Roberts sepertinya juga tidak mengalami banyak kesulitan. Namun yang paling menarik adalah setiap karakter ini tidak berdiri sendiri untuk mengatasi masalahnya, namun mereka saling mempengaruhi satu sama lain. Bagaimana konflik yang dialami Shelby mempengaruhi kehidupan rumah tangga Truvy, kemudian kesehatan Shelby mempengaruhi pemikiran Ouiser, dan sebagainya. Disertai dengan celotehan khas Ibu-ibu dengan dialek Southern membuat film ini cukup berhasil menghibur penonton.

Dari jalan cerita, mungkin film ini kurang memberikan kejutan dan terkesan sangat formulaic, atau terkesan sappy (Relaaaaaaaax,it’s not Nicholas Sparks) dengan karakter-karakter yang lebih memainkan karakter “angel” daripada karakter yang lebih real, but sometimes (maybe I am on the mood), I need some movies without I have to think about it, just enjoy it. Yeah, it’s maybe the saddest “feel good” movie.

You know, when you’re tired, wanna something cliche, but you’re no problem with it. This is the movie. You’ll like it.

Trivia

Hampir semua pemainnya, pernah memenangkan atau dinominasikan dalam Oscars, Sally Field (won 2 Oscars), Shirley MacLaine (won an Oscar), Olympia Dukakis (won an Oscar), Julia Roberts (won an Oscars), Dolly Parton (nominated for 2 Oscars), maybe no for Daryl Hannah.

Quote

Ouiser Boudreaux: I do not see plays, because I can nap at home for free. And I don’t see movies ’cause they’re trash, and they got nothin’ but naked people in ’em! And I don’t read books, ’cause if they’re any good, they’re gonna make ’em into a miniseries.

Say Anything … (1989) : Long Distance Relationship Wanna Be and Parent Distraction

Director : Cameron Crowe

Writer : Cameron Crowe

Cast : John CusackIone SkyeJohn Mahoney

About

John Cusack memang bukanlah aktor yang mendapatkan langganan nominasi Oscar, pernah dinominasikan saja belum. Karirnya juga sedang berada dalam penurunan, terjebak dengan projek-projek yang hanya berlalu begitu saja. Lihat saja penampilannya di The Raven atau Paperboy, atau The Factory yang lewat begitu saja. Namun, pada zamannya, John Cusack pernah menjadi idola remaja dengan scene ikoniknya mengangkat sebuah boombox besar untuk meraih perhatian kekasihnya. Di film inilah, ia melakukan scene yang terus diingat bahkan sampai sekarang.

Say Anything… menyajikan sebuah drama remaja dengan cerita paling familiar mungkin yang pernah kita kenal. Lloyd Dobler (John Cusack) hanyalah pemuda yang bisa dikatakan tanpa prestasi yang jatuh cinta pada gadis pintar nomer satu di SMA nya, Diane Court (Ione Skye). Keduannya semakin dekat dan menjalin hubungan percintaan di sisa-sisa waktu Diane akan berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studinya. Diane yang sejak kecil tinggal bersama ayahnya (John Mahoney), mulai merasa bersalah ketika ia harus mengorbankan waktu-waktu bersama dengan ayahnya sementara ia menemui Lloyd. Hubungan percintaan mereka yang dikejar oleh waktu semakin diwarnai masalah ketika ayah Diane dituduh melakukan tindakan penggelapan uang di institusi tempatnya ia bekerja.

Film ini disutradarai oleh sutradara yang nantinya akan terkenal dengan Jerry Maguire dan Almost Famousnya, Cameron Crowe. Inilah debut pertamanya sebagai sutradara.

“ A romance with no saccharine, effortlessly sweet, and natural.”

Film ini tidak akan menyajikan hal yang berlebihan dengan cerita yang begitu menyentuh namun terkesan sangat artificial dan superficial. Semuannya serba biasa saja. Mulai dari karakter, masalah yang menjadi konflik cerita, sampai solusi yang disampaikan di akhir cerita. Semuanya terkesan simple dan mudah, namun itulah yang menjadi kunci mengapa film ini sangat menyenangkan.

Karakter remaja yang menjadi hal utama dalam film ini tidak berusaha menjadi tua dalam merespon urusan cinta, semuannya mengalir kemudian diekspresikan dan direspon dengan baik oleh akting kedua leading role yang sangat cocok dan pas. Kedua karakter ini menjalin hubungan yang berkembang seiring film berjalan dan membentuk chemistry yang lambat namun jelas terbentuk. Konflik yang disajikan juga tidak begitu berat, seperti topik leukimia atau sebagainya, hanya sebuah kisah percintaan yang harus membagi waktu antara keluarga atau pacar. Jika ingin melihat sebuah drama remaja yang subtle, menghibur, namun memberikan banyak pesan, mungkin inilah film yang cocok. Say Anything… bukan hanya melibatkan hubungan cinta antara laki-laki dan perempuan, namun juga memberikan sisi pembelajaran tentang arti sebuah keluarga.

Tentu saja film ini akan memenuhi standar penonton yang suka cerita yang natural dan tidak berlebihan. Untuk yang lebih suka drama-tisasi, mungkin menganggap film ini hanya sebatas seperti film kebanyakan yang tidak akan meninggalkan kesan seperti film kebanyakan. So, don’t watch it if you like drama – drama – and drama.

Trivia

Sebelum diambil oleh John Cusack, peran Lloyd Dobler ditolak oleh Robert Downey Jr.

Quote

Lloyd Dobler : She’s gone. She gave me a pen. I gave her my heart, she gave me a pen.