Director : Francis Lawrence
Writer : Peter Craig (screenplay), Danny Strong (screenplay)
Cast : Jennifer Lawrence, Josh Hutcherson, Liam Hemsworth, Julianne Moore
(REVIEW) Saat membaca The Hunger Games terbesit pikiran “Wow, ini Battle Royale versi dunia Barat, tapi bolehlah.”, ketika membaca Catching Fire terbesit pikiran, “Tak disangka buah beri bisa membawa komplikasi sepintar ini.”, dan ketika membaca Mockingjay (setelah menonton dua buku sebelumnya telah difilmkan) yang ada di pikiran adalah “Suzanne Collins sepertinya tak menyangka buku-bukunya akan menjadi sebesar ini.” Mockingjay memang menjadi buku terlemah dari seri ini. Menjadi buku konklusi dengan beban berat, Mockingjay sepertinya ingin menyimpulkan banyak hal dengan cara memperbesar universe-nya lewat District 13, menggunakannya, namun tanpa memberikan pembaca untuk mengenalnya. Belum lagi ditambah dengan klimaks konflik cinta segitiga yang sampai tahap klimaks dan penambahan sejumlah karakter baru yang menonaktifkan karakter lama, Mockingjay adalah kekecewaan.
Mengantongi satu nominasi lewat Winter’s Bone saat itu tak membuat Jennifer Lawrence memiliki star power dibandingkan kandidat lainnya saat itu dan keputusan tepat diambil Lionsgate. Trilogi Hunger Games memang semuannya tentang Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence), trilogy ini benar-benar memberikan kesempatan transformasi bagaimana seseorang tanpa konsep “The Choosen One” seperti konsep young adult pada umumnya, bisa merubah dari seseorang yang hanya ingin menyelamatkan adiknya saat proses reaping menjadi sebuah perlambangan penuh sisi kharismatik, ketidakberdayaan atas kondisi, dan rasa bersalah. Dengan harapan yang terburu naik dari Catching Fire sementara sisa peluru yang tersisa adalah yang terlemah, baik Mockingjay Part I dan II merupakan sedikit peningkatan hasil, dan seri ini harus sangat berterimakasih kepada bakat Jennifer Lawrence.